Penambahan PLTU di China Bisa Dongkrak Ekspor Batu Bara
Aktivitas penambangan batu bara di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. (Foto: Dok iNTREN)

Penambahan PLTU di China Bisa Dongkrak Ekspor Batu Bara

JAKARTA, iNTREN – Keputusan China yang menambah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara hingga 2027 dinilai akan berdampak pada peningkatan ekspor batu bara Indonesia.

Menurut Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo), peningkatan ekspor ini dapat menyentuh 10 persen per tahun.

“Jika China konsisten menambah kapasitas PLTU dan mengoptimalkan pembangkit baru, maka ekspor batu bara Indonesia ke China berpotensi tumbuh hingga 10 persen per tahun sampai 2027 atau tambahan sekitar 25 juta ton per tahun,” ungkap Wakil Ketua Umum Aspebindo, Fathul Nugroho.

Meski begitu, potensi kenaikan ekspor juga akan tergantung pada kemampuan pasokan dalam negeri China dan kompetisi dengan produsen lain seperti Australia.

“Namun, angka ini perlu dikaji ulang jika terjadi penurunan permintaan sektor industri China akibat perang tarif dengan Amerika Serikat,” tambahnya.

Dia juga menambahkan, rencana China yang terus melakukan pembangunan PLTU untuk suplai listrik didukung oleh industri dalam negerinya yang terus tumbuh.

“Kebijakan China membangun PLTU hingga 2027 membuka peluang signifikan bagi peningkatan ekspor batu bara Indonesia. China masih menjadi pasar utama batu bara thermal Indonesia, dan kebutuhan batu bara mereka diproyeksikan tetap tinggi,” jelasnya.

Secara total antara 2026-2027, China diperkirakan akan membangun PLTU baru sebesar 60 GW, di luar 95 GW yang akan beroperasi pada tahun 2025.

Kenaikan permintaan dari China menurut Fathul dapat menjadi stimulus positif bagi harga batu bara global, terutama jika diiringi keterbatasan pasokan dari produsen utama.

“Aspebindo memperkirakan harga batu bara thermal akan berada di kisaran USD 60 per ton hingga USD 80 per ton untuk GAR 4.200 dan USD 120 per ton hingga USD 150 per ton untuk GAR 6.300. Dengan potensi lonjakan jika terjadi gangguan pasokan atau peningkatan permintaan mendadak,” ungkapnya.

Rencana China tersebut akan mendorong kinerja perusahaan batu bara Indonesia, baik kontraktor pertambangan maupun rantai suplai dan trader.

Namun, perusahaan batu bara juga harus menyiasati tantangan seperti tekanan regulasi, biaya operasional yang meningkat, dan persaingan dengan sumber energi alternatif.

“Aspebindo mendorong perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan investasi dalam teknologi rendah emisi guna mempertahankan daya saing di pasar global,” tutupnya. (***)

Editor: Guntur Marchista Sunan

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *